GPS (Global Positioning System) adalah sistem radio navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit. Sistem ini dapat digunakan oleh banyak orang sekaligus dalam segala cuaca, serta didesain untuk memberikan informasi posisi, kecepatan dan waktu tiga dimensi yang teliti, secara kontinyu ke seluruh dunia.
Gambar 1. Konfigurasi Orbit Satelit GPS.(Sumber : Department of Geography, University of Texas at Austin) |
1.Segmen angkasa (space segment), yang terdiri dari satelit-satelit GPS.
Yaitu sebagai stasiun radio di ruang angkasa, yang diperlengkapi dengan sinyal-sinyal gelombang. Sinyal ini selanjutnya diterima oleh receiver GPS di dekat permukaan bumi, dan digunakan untuk menentukan informasi posisi, kecepatan maupun waktu. Selain itu satelit GPS juga dilengkapi dengan peralatan untuk mengontrol satelit, serta sensor-sensor sebagai deteksi ledakan nuklir dan lokasinya.
2.Segmen sistem kontrol (control system segment); yang terdiri dari stasiun-stasiun pemonitor dan pengontrol satelit. Yaitu berfungsi mengontrol dan memantau operasional satelit serta memastikan bahwa satelit berfungsi sebagaimana mestinya;
a) Menjaga agar semua satelit berada pada posisi orbit yang seharusnya (station keeping).
b) Memantau status dan kondisi dari semua sub sistem (bagian) satelit.
c) Memantau panel matahari satelit, level daya baterai dan propellant level yang digunakan untuk manauver satelit.
d) Menentukan dan menjaga waktu sistem GPS.
3.User segment; yang terdiri dari pemakai GPS termasuk alat-alat penerima dan pengolah sinyal serta data GPS : yaitu alat penerima sinyal GPS (GPS receiver) yang diperlukan untuk memproses sinyal-sinyal dari satelit GPS untuk digunakan dalam penentuan posisi, kecepatan, maupun waktu.
Berdasarkan jenis data yang direkam atau diberikan, receiver GPS dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.Receiver kode-C/A (contohnya: receiver tipe navigasi dan tipe pemetaan ).
2.Receiver kode-C/A + fase-L1 (contohnya: receiver tipe geodetik satu frekuensi)
3.Receiver kode-C/A + fase-L1+fase L2 (contohnya: receiver tipe geodetik dua frekuensi yang menggunakan teknik signal squaring)
4.Receiver kode-C/A + kode-P+fase-L1,L2 (contohnya: receiver tipe geodetik dua frekuensi kode-P.)
Gempa bumi yang terjadi di Indonesia bisa terjadi di darat maupun di laut, lokasi tersebut bisa dilihat dalam gambar 2. Dengan mengetahui daerah-daerah yang diperkirakan terjadi gempa dan tsunami, maka pada daerah tersebut perlu diletakkan peralatan yang mampu mendeteksi tsunami, sebelum gelombang tsunami tersebut mencapai pantai-pantai di sekitarnya.
Gambar 2. Garis lokasi gempa di Indonesia. Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika |
Sumber : Gaguk Asmungi, Sistem Pendeteksi Tinggi Permukaan Gelombang Laut Melalui GPS (Global Positioning System)
0 comment:
Posting Komentar